Kisah Sang Pelopor "Lenggang Putri Tujuh" yang Menghidupkan Warisan Lewat Gerakan
DUMAI, RIAU — Di balik irama yang menggetarkan dan gerak langkah yang memesona, berdirilah seorang perempuan Melayu penuh keteguhan: Ade Winda Yunara Agustie, putri kelahiran Bengkalis yang kini menorehkan jejak abadi dalam dunia senam dan tarian nusantara. Sosoknya bukan sekadar pelatih, tapi pemangku semangat budaya yang menyatukan sejarah, seni, dan kesehatan dalam satu irama: senam dengan jati diri Melayu.
🏡 Akar yang Kuat, Warisan yang Mengalir
Lahir pada 6 Mei 1976, Ade Winda adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya, Datuk Agustie Ganie, adalah tokoh berpengaruh: mantan Kepala Agraria Dumai sekaligus penari zapin yang mendarah daging. Sang ibu, Tengku Syarifah Latifa, berasal dari keluarga bangsawan. Sejak usia lima tahun, Ade kecil telah dididik langsung oleh sang ayah dalam seni tari Melayu.
“Kami dari keluarga yang sangat mencintai seni. Dari kecil sudah diasuh dalam lenggok zapin dan dendang Melayu,” tutur Ade.
🛤️ Jalan Berliku Seorang Pejuang Seni
Perjalanan hidupnya bukan tanpa ujian. Pernah merintis sebagai pengusaha sukses di Pekanbaru lewat perusahaan PT. Jaya Pratama, Ade mengalami kebangkrutan akibat krisis moneter. Ia jatuh, namun tidak patah. Berbekal semangat dan keahlian senam serta tarian, ia bangkit dari nol di Tanjung Pinang. Di sanalah ia mulai melatih senam dan menari untuk anak-anak sekolah.
Pada tahun 2007, ia kembali ke Dumai dan membuka Sanggar Senam di Jalan Nusantara. Tahun 2009, ia menempuh pendidikan di Singapore Basic Exercise Course, menjadi satu-satunya peserta dari Riau yang berani menembus pendidikan internasional saat itu.
🏆 Mengukir Prestasi, Menyalakan Budaya
Tahun 2011 menjadi titik balik. Ade dilantik sebagai Ketua ILDI Riau, lalu menciptakan dua karya besar:
-
Lancang Kuning Line Dance – diangkat menjadi ikon ILDI Provinsi Riau
-
Lenggang Putri Tujuh – menjadi kebanggaan Kota Dumai dan ditampilkan di TAFISA Internasional 2016.
Bahkan, ia melatih anak-anak tunarungu hingga bisa membawakan lebih dari 60 tarian line dance, sebuah pencapaian yang diliput Metro TV pada tahun 2013.
🌍 Dari Ancol ke Cibubur, Dari Rekaman ke Nasional
Senam Lenggang Putri Tujuh karyanya dipersembahkan sebagai materi lomba nasional dan tarian penyambutan di Pantai Festival Ancol, 2016. Ia menerima penghargaan langsung dari Presiden TAFISA—dengan dana pribadi.
Tahun 2015, ia menambah ilmu di International Yoga School Jakarta dan menjadi Registered Yoga Teacher 200H, serta mengantongi lisensi Zumba Instructor. Bahkan, karya Senam Melayu ciptaannya dijadikan materi resmi pelatihan Germas Kemenkes RI di Cibubur.
✨ Budaya Bukan Warisan Mati – Tapi Energi Hidup
Kini, Ade Winda terus berkarya. Ia melatih senam dan tari bagi anak-anak, remaja, bahkan penyandang disabilitas. Langkahnya bukan sekadar lentik, tapi menggetarkan akar jati diri Melayu.
“Saya tak mau budaya kita tinggal di museum. Saya ingin ia hidup, bergerak, menari bersama kita.”
📺 KARYA-KARYA YANG TELAH TEREKAM:
🎥 Lenggang Putri Tujuh
🎥 Lancang Kuning Linedance
🎥 Tunarungu Berline Dance
🎥 Aku Papua Line Dance
👑 Ade Winda Yunara Agustie: Dari Langkah ke Legenda
Ia bukan hanya penari. Bukan sekadar instruktur. Ia adalah penjaga warisan. Penjaga marwah. Sang ibu budaya dari Dumai yang melangkah bukan untuk dirinya, tapi untuk seluruh Melayu.
0 Comments